Minggu, 29 Juli 2012

Mawar Kepada Hujan yang Menjadikannya Mekar


Aku tak pernah menceritakan ini pada siapa pun, yaitu tentang apa yang dikatakan mawar kepada hujan yang menjadikannya mekar. Kala langit senja mulai menenggelamkan matahari yang (sayang sekali) begitu redup, dan hujan mulai turun dengan beriringan lewat awan yang kelabu.
Nun di bawah sana, di antara bunga-bunga berwarna-warni yang tumbuh di sebuah taman yang indah, sekuntum bunga memekarkan pandangannya ke atas, hendak mendengar suara langit yang darinya muncul berita akan datangnya hujan. Ia lalu melempar pandangannya ke bawah, lalu ke arah sekelilingnya. Adalah bunga mawar putih yang terkenal akan kecantikan dan keelokan rupanya. Ketika hujan mulai turun dan membasahi mahkotanya, ia berteriak.
“Aku benci padamu, Hujan!”.
Hujan yang kebingungan lantas berkata, “Mengapa kau berkata seperti itu, Mawar? Apa salahku sehingga kau berkata demikian? Bukankah kau amat menyukaiku karena aku memberikanmu air (kehidupan) ?”.

Give Me That Miracle: Life’s Full of Miracle (Terima kasih untuk Ibu yang telah membagi cerita ini)


Hari ini, Ibu, kau bercerita pada kami di dalam ruang kelas ini. Kata-katamu begitu sederhana, tak terdengar seperti bahasa orang-orang jenius, tak terdengar pula sebagai bahasa para penyair. Tapi lewat ceritamu itu, entah kenapa, hatiku bergetar. Ini bukan ilusi, Bu, ini bukan mengada-ada. Sebab ceritamu pun bukan ilusi, bukan mengada-ada. Ibu, kau bercerita dengan sesekali menatap kami, anak-anakmu, satu per satu di dalam ruang kelas ini. Namun, entah apakah ini cuma perasaanku atau memang demikian adanya—aku merasa kau begitu jauh menatapku. Kau menatapku dengan tatapan yang dalam, jauh dan lama. Entah ini cuma perasaanku atau memang demikian adanya, tapi aku betul-betul merasakannya.

Allah sungguh Maha Besar, sungguh Maha Kuasa. Dengan mudahnya Ia ciptakan manusia, dan dengan mudahnya pula Ia perintahkan Izrail untuk mencabut nyawanya. Ia berikan semua yang manusia butuhkan—jasmani, ruhani, akal pikiran, serta hati. Jangankan untuk sesuatu yang hamba-Nya pinta, untuk yang tidak diminta pun Ia berikan. Mudah bagi-Nya mengabulkan apa yang manusia itu inginkan, mudah pula bagi-Nya mencabut nikmat tersebut dari hamba-Nya.

Do Women Really Need to Get A Job?


The name of RA Kartini are often listened by us as Indonesia’s women emancipation hero. Nowadays, we see there are almost nothing differences between women and men. Men are working, women are working. Men go to the office, and women do. The quantity of career women is increasing, but it makes some problems. This makes a pros and contra of career women. Do women really need to go to the office and get a job?