Aku tak
pernah menceritakan ini pada siapa pun, yaitu tentang apa yang dikatakan mawar
kepada hujan yang menjadikannya mekar. Kala langit senja mulai menenggelamkan
matahari yang (sayang sekali) begitu redup, dan hujan mulai turun dengan
beriringan lewat awan yang kelabu.
Nun di bawah
sana, di antara
bunga-bunga berwarna-warni yang tumbuh di sebuah taman yang indah, sekuntum
bunga memekarkan pandangannya ke atas, hendak mendengar suara langit yang
darinya muncul berita akan datangnya hujan. Ia lalu melempar pandangannya ke
bawah, lalu ke arah sekelilingnya. Adalah bunga mawar putih yang terkenal akan
kecantikan dan keelokan rupanya. Ketika hujan mulai turun dan membasahi
mahkotanya, ia berteriak.
“Aku benci
padamu, Hujan!”.
Hujan yang
kebingungan lantas berkata, “Mengapa kau berkata seperti itu, Mawar? Apa
salahku sehingga kau berkata demikian? Bukankah kau amat menyukaiku karena aku
memberikanmu air (kehidupan) ?”.