Kamis, 20 Juni 2013

Estetika (Tubuh) Perempuan, atau?



Saya baru saja selesai membaca salah satu tulisan Kang Putu (Gunawan Budi Susanto) dalam bukunya Ngedan, Edan-edanan pada Zaman Edan yang saya dapatkan langsung dari penulisnya, gratis. Penting bagi saya menyertakan kata “gratis” sebab inilah kado pertama yang saya dapatkan dari hasil “ketikan tangan” sendiri. Maka, tak mungkin saya lewatkan kesempatan untuk meminta tanda tangan beliau.
Judul tulisan itu adalah Tubuh Perempuan: Medan Pertempuran Antarpedagang. Judul yang menarik perhatian, terutama karena saya perempuan. Tulisan tersebut mengulas tentang fenomena tubuh perempuan yang acap kali dijadikan senjata para pemasang iklan dalam mempromosikan produknya.

Sabtu, 08 Juni 2013

Butuh Pencerahan



Gila. Aku berada di titik paling jenuh sepanjang delapan belas tahun berdiri di atas tanah baka ini. Parah, sungguh parah. Aku tak lagi merasakan nikmatnya belajar, bergumul dengan tugas-tugas kuliah, buku-buku pelajaran, handouts, dan segala macam tes serta ujian. Aku tak lagi merasakan indahnya kata “semangat”, menguasai mata kuliah, mengejar passion. Akh, kata yang terakhir itu, agaknya perlu pula aku ganti. Bukan lagi passion yang saat ini sedang kususuri, yang saat ini sedang kukejar. Bukankah passion adalah sesuatu yang padanya kita tak pernah lelah mengejar dan akan melakukan apapun untuk bisa meraihnya? Sedangkan untuk sekedar membuka buku saja sudah membuatku mual. Kata “malas” semakin menjalari tubuhku, mengikatnya erat-erat, membunuh setiap derajat rasa “ingin” yang sisa-sisanya masih kupunyai.
Entahlah, tiba-tiba saja grammar, writing, listening, reading, speaking, dan segala macam mata kuliah lain tak punya daya tarik lagi barang secuil pun. Bukan grammar, writing, atau mata kuliah lain yang membuatku sibuk; bukan mereka yang memampukan mataku untuk terbuka hingga larut malam dengan semangat penuh yang mendidih di sekujur tubuh.
“Malas” mungkin menjadi akar penyebab dari masalah ini, tetapi aku sadar bahwa tak mungkin selamanya menyalahkannya. Siapa yang membiarkan rasa itu menghinggapi diri?