Minggu, 12 Februari 2012

Under The Rain (2)

Kebahagiaan bukanlah saat kau merasa aman. Kebahagiaan bukanlah saat kau merasa tenang. Kebahagiaan bukanlah saat kau punya jabatan. Kebahagiaan bukanlah saat kau punya banyak uang. Kebahagiaan adalah saat kau mensyukuri apa yang telah Allah swt. berikan kepadamu.

Aku tidak merasa aman sepenuhnya. Aku tidak merasa tenang seluruhnya. Aku tidak punya jabatan, apalagi uang yang banyak. Akan tetapi aku merasa bahagia. Aku begitu bahagia atas apa yang telah Allah anugerahkan padaku.

Aku bahagia dengan semua yang telah terjadi. Aku bahagia pernah menangis, aku bahagia pernah kecewa. Aku bahagia pernah merasakan kehilangan, sebab dengan cara itulah aku tahu betapa Allah sesungguhnya selalu memilihkan yang terbaik bagiku (baca:kita), meskipun terkadang yang terbaik itu tak selalu yang terindah. Aku bahagia dengan apapun yang telah kujalani, termasuk pernah menyesal atas apa yang telah kulakukan. Hal ini sesungguhnya telah mengajarkanku untuk tak lagi melakukan hal-hal yang konyol kemudian dengan seenaknya berkata “aku menyesal”. Aku ingin membatasi “jumlah” penyesalan dalam hidupku. Aku telah banyak menyesal dahulu, dan kini aku tak boleh lagi menyesali perbuatanku.

Aku bahagia diciptakan menjadi aku yang sekarang. Aku bahagia lahir dan tumbuh di tengah kesederhanaan. Bagiku, kesederhanaan itu dekat dengan ketenangan dan ketenangan itu dekat dengan kebahagiaan. Aku bahagia Allah swt. telah mengijinkanku untuk merasakan kehidupan ini, merasakan betapa nikmatnya menjadi manusia itu. Aku bahagia Allah swt. memberikanku kesempatan untuk membahagiakan ayah-ibuku.

Dari ribuan, jutaan, bahkan tak terhingga kebahagiaan yang telah dan sedang kurasakan, kebahagiaan yang benar-benar kusyukuri adalah kebahagiaan dapat melihat ayah-ibuku bahagia dalam satu rumah yang dipenuhi oleh cinta kasih dan kasih sayang. Aku ingat, salah satu motivator terkenal pernah berkata (kira-kira seperti ini): Kado terindah untuk anak anda adalah mencintai ibunya. Dan aku begitu bersyukur, sebab ayahku telah memberikan kado terindah itu untuk aku dan adikku. Aku bersyukur Allah swt. mempertemukan mereka berdua, lalu mempersatukan keduanya, serta menakdirkan ayahku untuk ibuku dan ibuku untuk ayahku. Itu semua begitu indah bagiku, dan tak ada hal yang lebih indah dari itu.


Aku juga ingat, pernah kudengar ada seorang laki-laki yang berkata di salah satu acara televisi, beliau ditanyai “Mengapa anda menolak poligami?”. Dan dia pun menjawab, “saya adalah produk poligami, dan saya tidak mau anak-anak saya merasakan apa yang saya rasakan”. Kalimat itu begitu indah terdengar di telingaku, membuat aku sadar bahwa dia adalah salah satu ayah terbaik dari sekian banyak ayah-ayah terbaik di dunia ini. Aku membayangkan begitu terharunya anak-anaknya mendengar kalimat itu terucap dari mulut ayahandanya, serta disaksikan oleh jutaan pemirsa televisi. Sungguh, begitu bahagianya mengetahui ayah kita begitu peduli pada istri dan anak-anaknya.

Aku tak bisa bayangkan, apabila Allah swt. memisahkan keduanya atau menciptakan wanita lain atau pria lain di antara ayah-ibuku. Aku tak bisa bayangkan jika suatu hari nanti datang seseorang lalu merusak kebahagiaan kami. Aku tak bisa bayangkan jika aku harus hidup dengan dua orang ibu di sisiku, dan aku tak bisa bayangkan jadi apa aku ini jika ayahku meninggalkan ibuku demi orang lain. Sungguh, aku mungkin akan pergi dari jalan ini; pergi dari cita-citaku, pergi dari keluargaku, bahkan pergi dari Allah swt.


Aku bersyukur Allah swt. mempertemukan ayah-ibuku. Aku bersyukur Allah swt. mempersatukan keduanya, serta menakdirkan ayahku untuk ibuku dan ibuku untuk ayahku. Itu semua begitu indah bagiku, dan tak ada hal yang lebih indah dari itu. Tidak ada.


Maka jangan Kau ambil, Ya Allah, jangan Kau ambil
Hamba bersyukur atas segala nikmat-Mu
Jangan Kau cabut, Ya Allah, jangan
Jangan Kau cabut kebahagiaan ini dari kami.


Pemalang, 24 Januari 2012

Under The Rain (1)


Aku ingin bahagia dalam kesederhanaan yang ayah-ibuku ajarkan padaku. Aku ingin selamanya bahagia dalam senyum keceriaan anak-anak yang ingin menggapai cita-citanya. Aku ingin selamanya bahagia menjadi bagian dari kesuksesan orang lain. Aku tak ingin bahagia sementara ada anak yang tak bisa belajar dengan segala fasilitas yang memadai. Oleh karena itulah, aku ingin membagi apa yang bisa aku bagi kepada mereka, demi semangat, keceriaan, cita-cita, dan mimpi yang bersinar lewat mata mereka.

Semoga Allah menunjukkan jalan itu, meneranginya, melapangkannya, serta memudahkan langkahku untuk meraih hal itu.

Sebab aku hanya tak ingin apa yang terjadi pada teman-temanku terjadi kembali pada mereka. Aku tak ingin ada lebih banyak lagi anak yang putus sekolah. Aku tak ingin ada lebih banyak lagi anak yang tak bisa meraih cita-citanya. Sebab aku tahu seberapa penting arti cita-cita itu bagi anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang sederhana.

Ya Allah, sekali lagi, tunjukkanlah jalan itu, terangilah, lapangkanlah, serta mudahkanlah kakiku ‘tuk meraihnya.

Pemalang, 21 Januari 2012