Sabtu, 17 Mei 2014

Rimba, Yang Pertama



Aku menamainya Rimba. Dia menyebutku jingga. Tak tahu apa artinya. Hanya saja, dia pernah bilang, kalau senja itu indah. Bukankah senja itu jingga? Jadi?
Aku tak tahu harus mengartikannya ke dalam bahasa apa, ke dalam ungkapan apa. Sebab, jingga itu tanda. Tanda bahwa matahari segera pergi. Tanda bahwa cahaya akan segera berganti, dan malam akan segera lahir. Aku tahu dia tak suka malam.
Aku menamainya Rimba. Sebab, dia suka bermain-main di pantai entah mengerjakan apa. Sebab, dia sering berburu dan baru pulang saat hari sudah gelap. Dia bisa dan pada dasarnya suka akan kesendirian. Tenang, katanya. Maka bersamanya aku berubah menjadi orang yang banyak mulut. Bukan lantaran aku yang begitu ramai, tapi karena dia yang demikian sepi.

Kamis, 01 Mei 2014

Gara-Gara Writer’s Block



Well, first of all saya mau minta maaf pada (terutama) diri sendiri yang belum mengetik apapun tahun ini. Postingan saya pada bulan Februari lalu pun sebetulnya tulisan entah zaman kapan, yang “nyempil” diantara sekian draft di laptop (kebanyakan belum jadi). Tak menulis sampai akhir April, membuat saya tiba-tiba speechless. Kehilangan kata-kata. Tumpul, tak bisa “bicara”. Dan puncaknya adalah saat mendapat tugas menulis di mata kuliah Bahasa Indonesia.
Dan....