Senin, 05 November 2012

Catatan Singkat Tentang Adik Kecilku

Untuk kesekian kalinya Ibu meneleponku. Beliau sering bahkan hampir tiap hari melakukan hal ini semenjak aku tinggal di Semarang untuk kuliah. Tak jarang beliau menelepon hanya untuk bertanya apa kabar, sudah makan atau belum, sudah sholat apa belum, dan kuliah jam berapa. Aku tahu, sebenarnya ada banyak hal yang ingin beliau sampaikan padaku lewat telepon, tapi beliau kuatir teleponnya menggangguku yang sedang belajar atau capai setelah kuliah dan pergi ke kampus.

Di teleponnya kala itu, beliau bercerita mengenai adikku—satu-satunya karena kami hanya tinggal 2 bersaudara—yang mengalami kemajuan belajar setelah aku kuliah.
Agak aneh kedengarannya, mungkin. Tapi ibuku melanjutkan, bahwa kepergianku ke Semarang untuk kuliah sedikit-banyak bisa memunculkan motivasi belajar dari dalam diri adikku yang sebentar lagi mengikuti ujian akhir di SD itu. Ya, kuliah memang bukan hal yang mudah bagi keluarga kami. Aku bisa sampai disini berkat doa dan usaha sehingga mampu kuliah gratis melalui beasiswa Bidik Misi. Hal ini amat kusyukuri sebab dengan jalan ini sedikit banyak aku mampu membantu meringankan beban kedua orangtuaku dalam hal pendidikanku. Tanpa beasiswa ini, aku mungkin tak akan kuliah, tak melanjutkan studi formalku atau kalaupun melanjutkan, mungkin aku tak akan disini dan (mungkin) tak akan mendapatkan fasilitas seperti yang saat ini aku miliki.


Hal itu tanpa kusadari telah menumbuhkan semangat belajar adikku. Akhir-akhir ini semangat belajarnya memang agak menurun, prestasi di sekolahnya pun begitu meski secara umum nilainya masih di atas rata-rata apabila dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya. Televisi, jejaring sosial, dan informasi serta hiburan yang makin mudah ia akses menjadikan perhatiannya untuk sementara beralih ke hal-hal yang kurang penting sehingga ia jadi agak malas belajar.

Hmm, aku tersenyum mendengar ucapan Ibu. Terlebih ketika beliau berkata menirukan adikku, “Makanya Ibu doain Liza juga, jangan cuma doain Mbak Ina”. Dalam hati aku berbisik Hamdalah, serta berdo’a semoga adikku dapat menjadi pribadi yang mandiri dan wanita yang sukses di kemudian hari. Ya, dia harus sukses. Aku dan dia harus sukses. Kami harus sukses. Kalau kami tidak sukses, betapa sia-sia perjuangan Ibu Bapak membesarkan kami bertahun-tahun, mencurahkan segala tenaga dan waktunya untuk mencari rezeki agar kami bisa sekolah. Aku tak ingin membuat perjuangan itu sia-sia apabila aku tak bisa meraih cita-citaku.

Orang boleh bilang, aku tak bisa kuliah di tempatku saat ini, orang boleh bilang kalau aku cuma bisa kuliah di tempat yang tak sebesar ini. Tapi jangan sampai orang bilang kalau aku dan adikku tak bisa jadi orang sukses, sebab akan kubuktikan bahwa kami bisa.

Adek, belajar yang rajin ya. Bikin ibu bapak bangga sama kamu, bikin mbak ina bangga sama kamu. Kita buktiin ke semua orang, kalo kita bisa jadi orang yang sukses ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar