It’s always been tiring for me untuk membangun karakter tokoh.
Buatku, picturing a character itu
susah, harus natural or at least believable. Ketika nulis
cerita, aku seringkali langsung nulis aja tanpa terlebih dahulu breakdown jalan cerita atau bikin outline. Itulah masalahnya. Imbasnya
langsung kemana-mana. Ada aja karakter yang di tengah cerita jadi terkesan
ngambang dan nggak kena. Kadang ada karakter yang “kehilangan jati diri”, ada
yang kebolak-balik sehingga bingung sendiri “Kok si A jadi cengeng gini? Kok B
jadi lebay gini? Ini C atau D sih?”
Tiap karakter adalah wayang,
pelakon yang akan menghidupkan cerita. Karakter yang baik akan menguatkan
cerita, tapi sebaliknya, karakter yang kurang tajam akan membuat cerita jadi
hambar dan “kurang nendang”. Makanya proses penciptaan karakter itu harus
dipikirkan matang-matang, supaya jelas jati dirinya, jelas juga sikap-sikapnya
dalam menghadapi konflik cerita. Terkadang aku udah suka banget sama satu
karakter yang aku bikin, tapi waktu dipasin ke konflik agak kurang cocok. Nah,
kalo udah gini, aku biasanya nyesuain lagi di konfliknya, atau kalo lebih pede
ke konflik yang udah ada ya akhirnya ngubah sedikit attitude si karakter ini.
Salah satu cerita yang aku suka
banget penokohannya dan pasti kalian semua tahu adalah Harry Potter-nya Jo
Rowling. Tante Jo ini teliti banget bikin karakter di sini. Aku pernah nonton
sebuah video yang membedah karakter-karakter wanita di HarPot dan aku berkesimpulan
bahwa si tante ini harus kita tiru.
Tokoh-tokoh perempuan di HarPot
terbilang banyak, dan masing-masing punya karakteristik yang lovable. Ada Hermione yang bookish dan selalu jadi “otak” setiap
kali ada masalah menghadang, tapi ada juga Luna Lovegood yang menurut Rowling
adalah antitesa Hermione. Luna dan Hermione ini beda banget; yang satu
realistis, satunya lagi ‘living in her
own world (kata Emma Watson)’. Rowling
sendiri bilang dia suka kedua tokoh ini secara equal.
Selain kedua teman Harry, ada
Molly Weasley yang mother-figure abis.
Julie Walters, pemeran Mrs. Weasley menggambarkan karakternya sebagai “the mother of that world”. Rowling,
lewat Molly, membuktikan bahwa gender
equality itu adalah ketika perempuan bisa memilih, baik itu memilih menjadi
ibu rumah tangga atau wanita karier. Dan Molly memilih untuk jadi ibu rumah
tangga. Tapi itu adalah pilihannya sendiri. Membesarkan anak-anaknya, menjadi
pendukung setia Dumbledore’s Army,
dan jadi sosok ibu bagi Harry dan Hermione (yang akhirnya malah jadi menantu-menantunya),
di akhir cerita Molly-lah yang menghabisi Bellatrix Lestrange. Buat yang bukan
pengikut HarPot, fyi ya, si tante
Bellatrix ini adalah anak buah Voldemort yang menghabisi orang tua Neville
Longbottom. Dia dikenal sebagai tokoh antagonis wanita yang paling sering bikin
ulah, sekalinya nongol langsung bunuh Sirius Black, godfather-nya Harry. Belum lagi statusnya sebagai tawanan Azkaban
yang melarikan diri.
Nggak cuma tokoh wanita, tokoh
pria di HarPot juga digambarkan dengan baik. Ron Weasley yang--meski kadang clumsy--dia tetap jadi sahabat baik Harry. Dan favoritku, si kembar Weasley yang seru dan brilliant. Mereka kompak as partners in crime, you know. Belum lagi si Draco Malfoy yang punya sisi baik dari ibunya.
Being realistic and believable adalah kata kuncinya. Kita lihat
gimana unik (baca: aneh)-nya Luna yang fearless,
nyaman di dunianya sendiri, nggak takut jadi diri sendiri. Nemu nggak ada orang
kek Luna di sekitar kita? Mungkin jawabannya TIDAK. Kalaupun iya, tetap nggak
segila Luna (dan ayahnya, hmm). Tapi Luna itu believable. Kita ngrasain Luna beneran ada, eksis. Dan banyak orang
mengaguminya (termasuk ane, gan).
Lewat karakter, juga, Rowling
menyampaikan pesannya pada (terutama) kaum perempuan. To be as brilliant as Hermione, powerful as Ginny, fearless as Luna,
loving as Molly, and caring as Prof. Gonagall. Kedalaman pesan, sekali
lagi, adalah yang paling dibutuhkan. Pesan apa yang ingin kalian sampaikan,
titipkan pesan itu pada karakter-karakter yang kalian cipta. Lalu biarkan
karakter itu berkembang sesuai alur cerita, menyelesaikan konflik yang ada.
Semangat nulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar