19 Maret adalah hari yang selalu kunantikan. Hari
dimana matahari bersinar begitu cerah, langit begitu terang, burung-burung pun
seakan berkicau merdu untukku. Tak jarang memang, kulalui hari itu dengan tanpa
hadiah satu pun. Namun, bukan itu yang kumau. Kerena bagiku, bahagia bukan
berarti penuh dengan kado, ucapan, dan surprise dari orang-orang terdekat.
Bukan, bukan itu…..
Meskipun begitu setiap tahun aku selalu menemui
sesuatu hal yang pasti ada di hari itu. Bukan, sekali lagi bukan karena
ucapan atau kado ulang tahun, tetapi karena Nike Ardilla.
Ya, karena dia.....
Mungkin anda bingung ada apakah antara aku dan
Nike Ardilla. Akan tetapi ada satu hal yang menyatukan kami, 19 Maret 1995.
Buatku, 19 Maret 1995 adalah hari paling
bersejarah, dimana aku pertama kali menemui dunia ini, dengan tangisan bayi
yang baru lahir dari rahim ibunya, dengan disambut sukacita dan bahagia dari
orang-orang di sekitarku. Semuanya bahagia, semuanya bersyukur atas
kelahiranku.
Tapi kebahagiaan itu tak terjadi di tempat yang
lain. Di hari itu juga, semua orang di seantero negeri ini berduka, sebab telah
kehilangan seseorang yang amat dicintai, disayangi, dan dielu-elukan. Orang
yang pergi itu tak hanya parasnya saja yang cantik, melainkan juga tutur
katanya, suaranya, bicaranya, penampilannya, hatinya, pribadinya, serta
auranya—semuanya cantik. Kita akan merasa bahagia hanya karena melihat senyuman
dari bibirnya yang menawan. Dan matanya itu, dua permata yang penuh pesona,
sorotnya meneduhkan kita yang melihatnya; sungguh pantas kita menyebutnya
cantik, bahkan nyaris sempurna. Namun sayang, di hari itu, malaikat
menjemputnya pulang kembali ke Tuhan Yang Maha Esa. Di hari itu, semua air mata
tumpah, mengenang diva yang cantik itu. Dan tetesan air mata itu jatuh ke
daun-daun bunga yang layu, yang semerbak wanginya, yang memenuhi nisannya yang
tak terlupakan—bahkan sampai belasan tahun kepergiannya.

Ya, dialah Nike Ardilla.
Diva yang cantik, penuh talenta, dan profesional. Wanita yang baik hati, murah
senyum, dan dermawan. Kini, meski telah tujuh belas tahun ia pergi, namanya
tetap harum, seharum bunga-bunga yang tersebar di nisannya. Dan orang-orang
tetap setia mengingatnya, mendatangi tempat peristirahatannya, serta
mendoakannya.
Doa kami setia untukmu. Tenanglah di alam sana,
semoga engkau bahagia dalam kedamaian.
Pemalang, 2012-03-19
Nice.
BalasHapusNice.
BalasHapus